
ABSTRAK
Penilaian kualitas air tanah sangat penting untuk pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan, terutama di wilayah yang kekurangan air seperti Maharashtra Utara. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi variasi hidrogeokimia musiman di cekungan Sungai Mor, menilai risiko kesehatan terkait, dan menentukan kualitas air tanah untuk keperluan rumah tangga. Penelitian ini membahas kesenjangan dalam studi yang meneliti efek gabungan dari praktik pertanian, variasi musiman, dan risiko kesehatan terhadap kualitas air tanah di wilayah ini. Sebanyak 68 sampel air tanah dikumpulkan selama musim pra-monsun (PRM) dan pasca-monsun (POM) tahun 2022. Ion-ion utama dianalisis mengikuti standar American Public Health Association (APHA), dan hasilnya dibandingkan dengan standar air minum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2017. Analisis mengungkapkan bahwa parameter seperti konduktivitas listrik (EC), pH, total padatan terlarut (TDS), total kesadahan (TH), magnesium (Mg), kalsium (Ca), bikarbonat (HCO 3 ), klorida (Cl), nitrat (NO 3 ), dan fluorida (F) melebihi batas yang diinginkan (DL) dan yang diizinkan (PL) di kedua musim. TDS yang meningkat (rata-rata 1350 mg/L) dan TH (rata-rata 320 mg/L) di PRM menunjukkan pencucian mineral dan pengaruh irigasi. Khususnya, 79% sampel di PRM dan 38% di POM melebihi batas nitrat yang direkomendasikan WHO, yang menunjukkan dampak dari praktik pertanian. Nilai Indeks Kualitas Air Tanah (GWQI) berkisar antara 117,38 hingga 188,87 (rata-rata 150,46) di PRM dan 97,08 hingga 181,29 (rata-rata 133,54) di POM, yang menunjukkan kualitas air yang buruk. Nilai risiko kesehatan (hazard quotient [HQ]) melampaui batas aman, terutama untuk remaja dan orang dewasa, dengan bahaya non-karsinogenik yang teridentifikasi di kedua musim. Temuan tersebut menyoroti penurunan kualitas air tanah yang signifikan akibat irigasi intensif dan penggunaan pupuk, yang berdampak buruk pada kesehatan manusia. Hasil ini menekankan perlunya praktik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan air tanah yang terarah di wilayah tersebut. Penelitian ini memiliki implikasi praktis bagi kebijakan pengelolaan air tanah, praktik pertanian berkelanjutan, dan kesadaran publik tentang bahaya kesehatan yang terkait dengan air yang terkontaminasi di daerah yang kekurangan air.